Prediksi Crypto: 5 Indikator Penting dalam Technical Analysis/Analisis Teknikal (TA)

Fajarpos.com Fajarpos.com
Prediksi Crypto

Indikator Technical Analysis/Analisis Teknikal (TA)

5 Indikator Analisis Teknikal – Pedagang menggunakan Indikator Teknikal/Technical Indicators untuk mendapatkan wawasan tambahan mengenai aksi harga suatu aset. Indikator-indikator ini memudahkan untuk mengidentifikasi pola dan melihat sinyal beli atau jual di lingkungan pasar saat ini. Ada banyak jenis indikator yang digunakan oleh pedagang harian, swing trader, dan kadang-kadang juga investor jangka panjang. Bahkan ada beberapa analis profesional dan pedagang berpengalaman yang membuat indikator sendiri. Dalam artikel ini, kita akan melihat deskripsi singkat mengenai beberapa indikator analisis teknikal paling populer yang berguna bagi semua pedagang.

Relative Strength Index (RSI)

RSI adalah indikator momentum yang menunjukkan apakah suatu aset mengalami overbought atau oversold. Ini dilakukan dengan mengukur besarnya perubahan harga terbaru (pengaturan standar adalah 14 periode sebelumnya – misalnya14 hari, 14 jam, dll.). Data tersebut kemudian ditampilkan sebagai osilator yang bernilai antara 0 dan 100.

Karena RSI merupakan indikator momentum, maka salah satu fungsinya adalah menunjukkan tingkat (momentum) di mana harga berubah. Ini berarti bahwa jika momentum meningkat ketika harga naik, uptrend kuat, dan semakin banyak pembeli yang masuk. Sebaliknya, jika momentum menurun ketika harga naik, ini menunjukkan bahwa penjual segera akan mengendalikan pasar.

Jika kita menginterpretasikan RSI secara sederhana atau tradisional, maka nilai lebih dari 70 berarti aset sudah overbought, dan di bawah 30 berarti oversold. Dengan demikian, nilai yang ekstrem dapat mengindikasikan adanya trend reversal atau pullback di waktu yang akan datang. Meski begitu, mungkin lebih baik tidak menganggap secara langsung bahwa nilai-nilai ini adalah sinyal beli atau jual.

Karena seperti Technical Analysis/Analisis Teknikal (TA) lainnya, RSI dapat memberikan sinyal yang salah atau menyesatkan, sehingga selalu disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain sebelum berdagang.Ingin mempelajari lebih lanjut? Anda dapat membaca artikel kami mengenai Relative Strength Index (RSI).

Moving Average (MA)

Moving average menghaluskan pergerakan harga dengan menyaring fluktuasi harga yang bersifat acak dan menyoroti arah tren. Karena didasarkan pada data harga sebelumnya, indikator ini disebut juga lagging indicator.

Terdapa dua jenis moving average yang paling umum digunakan, yaitu simple moving average (SMA atau MA), dan exponential moving average (EMA). SMA diplot dengan mengambil data harga dari periode untuk dimabil rata-ratanya. Misalnya, SMA 10-hari diplot dengan menghitung harga rata-rata selama 10 hari terakhir. Di sisi lain, EMA lebih menitikberatkan pada data harga terkini, sehingga lebih reaktif terhadap aksi harga terbaru.

Seperti disebutkan sebelumnya, moving average adalah indikator lagging. Semakin panjang periode, semakin besar lag. Dengan demikian, SMA 200-hari akan bereaksi lebih lambat terhadap pergerakan harga terbaru dibanding SMA 50-hari.Pedagang sering menggunakan hubungan harga dengan moving average tertentu untuk mengukur tren pasar saat ini. Misalnya, jika harga tetap di atas SMA 200-hari untuk jangka waktu yang cukup lama, maka aset dapat dianggap sedang berada di bull market.

Pedagang juga dapat menggunakan crossover moving average sebagai sinyal beli atau jual. Misalnya, jika SMA 100-hari melintasi atau crossing di bawah SMA 200-hari, ini dapat dianggap sebagai sinyal jual. Tapi apa sebenarnya arti crossing di sini? Ini menunjukkan bahwa harga rata-rata selama 100 hari terakhir sekarang berada di bawah harga 200 hari terakhir. Ini dapat dikatakan sebagai sinyal jual karena pergerakan harga jangka pendek tidak lagi mengikuti uptrend, sehingga tren mungkin akan berbalik.Ingin mempelajari lebih lanjut? Anda dapat membaca artikel kami mengenai Moving Average.