Fajarpos.com, Jakarta – Ibadah haji di Tanah Suci merupakan impian bagi setiap umat Muslim dan juga merupakan salah satu rukun Islam. Namun, momok yang sering muncul adalah biaya yang signifikan. Untuk tahun ini, biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) mencapai Rp90.263.104 per jemaah.
Dari total BPIH tersebut, sebanyak 55,3 persen atau Rp49,812.700 dibebankan langsung kepada jemaah haji sebagai biaya perjalanan ibadah haji (Bipih). Sementara sisanya sebesar 44,7 persen ditanggung oleh dana nilai manfaat sebesar Rp40.237.937.
Perlu dicatat bahwa biaya Bipih ini terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2016, Bipih hanya sebesar Rp35,6 juta per jemaah. Dengan demikian, rata-rata kenaikan biaya haji adalah sekitar 5,34 persen per tahun. Untuk memastikan penyediaan ibadah haji yang baik tanpa berbenturan dengan kebutuhan lainnya, beberapa langkah perlu diambil.
Lantas apa saja yang harus disiapkan saat menabung dana haji?
Menabung Sesegera Mungkin
Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho menjelaskan setiap jemaah harus mengantongi dana Rp25 juta untuk mendaftar haji. Setelah mendaftar pun, jemaah perlu menunggu antrean berangkat dengan rata-rata 31-32 tahun.
Oleh karena itu, jemaah harus sesegera mungkin menabung untuk mengumpulkan biaya pendaftaran Rp25 juta.
“Kita harus mengumpulkan Rp25 juta. Dimulainya sejak sudah punya niat berangkat Haji, makanya kumpulin dari sekarang,” ucap Andi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (17/11/23).
Menabung Sesuai Kemampuan
Andi mengatakan untuk mengumpulkan Rp25 juta pertama, jemaah bisa menabung sesuai kemampuan. Ia mencontohkan jemaah bisa menabung Rp500 ribu per bulan.
Artinya, untuk mencapai Rp25 juta membutuhkan waktu 50 bulan atau dua tahun lebih. Jika dana itu sudah terkumpul, maka tabungan selanjutnya bisa mulai diringankan.
Sebab, jangka waktu tunggu untuk berangkat haji rata-rata 31-32 tahun. Namun, Andi mengingatkan jemaah untuk tetap disiplin menabung meski jangka waktunya panjang.
“Beberapa waktu lalu banyak berita jemaah gagal berangkat karena ketika dipanggil namun tidak bisa melunasi Rp25 juta sisanya tadi. Kan sayang sekali sudah menunggu lama enggak jadi berangkat karena enggak bisa melunasi,” kata Andi.
Antisipasi Kenaikan Biaya
Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Budi Rahardjo mengatakan jemaah juga perlu mengantisipasi kenaikan biaya Haji. Antisipasi itu bisa dilakukan dengan memperkirakan perhitungan dengan memasukkan elemen inflasi.
Ia menyebut kenaikan biaya haji adalah sekitar 5,34 persen per tahun.
“Dengan demikian apabila rencana haji baru akan dilaksanakan sekitar 15 tahun kemudian, maka biaya haji yang awalnya sekitar Rp49,8 juta dapat meningkat menjadi Rp108,675 jutaan,” kata Budi.
Selain menabung, jemaah juga ada baiknya melakukan perencanaan dana untuk ibadah haji ini dengan melakukan investasi reguler.
Menurut Budi pilihan investasi pun bisa disesuaikan dengan kaidah-kaidah syariah. Apalagi, jemaah punya jangka waktu panjang untuk melunasi sisa biaya Haji atau waktu berangkat.
“Agar tujuan dapat dengan lebih mudah diraih dan mengatasi kenaikan biaya ibadah. Pilih investasi yang sesuai dengan kaidah-kaidah syariah,” katanya.
Budi mengatakan jemaah juga perlu menyiapkan dana lainnya saat melaksanakan ibadah Haji. Jemaah harus memperkirakan kebutuhan dana biaya ibadah haji yang tidak hanya mencakup biaya tiket, penginapan, akomodasi, manasik yang sudah termasuk dalam Bipih.
Jemaah juga perlu memperhatikan biaya lain seperti pembuatan paspor, uang saku, hingga asuransi.
“Memperkirakan dana lainnya yang diperlukan seperti biaya pembuatan paspor, biaya vaksin, biaya perlengkapan haji serta biaya-biaya lainnya termasuk bekal uang saku selama ibadah, uang untuk keluarga di tanah air, asuransi perjalanan dan sebagainya,” ucap Budi.