Fajarpos.com, Jakarta – Yayat Supriatna, seorang pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, telah menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membatasi aktivitas masyarakat di area terbuka.
Ini disebabkan oleh buruknya kualitas udara di Jakarta belakangan ini, yang bahkan menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota paling berpolusi di dunia.
“Jadi, dengan ada pemberitahuan itu, masyarakat diimbau, dengan polusi yang tinggi, melakukan pembatasan kegiatan di ruang terbuka ya,” ujar Yayat saat dihubungi, Minggu (13/8/2023).
“Dengan potensi kemungkinan akan ada gangguan ya, persoalan kesehatan. Itu menjadi perlu,” tambah dia.
Selanjutnya, Pemprov DKI juga diminta memperbanyak informasi soal polusi udara secara real time. Informasi tersebut bisa dipasang di beberapa ruas jalan yang ramai dilewati masyarakat.
“Kan dulu biasanya ada papan informasi, sekarang sangat sedikit di Jakarta itu,” ucap Yayat.
“Di ruang umum kan ada itu informasi potensi udara dan sebagainya, itu kan bisa dipajang di jalan, sekarang enggak begitu banyak,” kata dia.
Dalam informasi tersebut, pemerintah juga dapat menambahkan imbauan memakai masker, apabila polusi udara sangat tinggi di hari itu.
“Ketika dikasih papan itu, ditulis di bawahnya, ‘Diimbau pakai masker atau diimbau agar tidak olahraga ini yang menyebabkan sakit atau apa’,” jelas dia.
“Jadi, harus ada unsur edukasi,” imbuh Yayat.
Pada waktu sebelumnya, pada hari Minggu pagi, Kota Jakarta telah menjadi kota dengan tingkat polusi tertinggi di dunia. Data ini diperoleh dari pembaruan terbaru pada pukul 07.00 WIB di laman IQAir.
Indeks kualitas udara di kota Jakarta pada pagi hari itu mencapai angka 172, dengan PM 2,5 sebagai polutan utama, dan nilai konsentrasi sekitar 96,8 mikrogram per meter kubik.
“Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini 19.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO,” demikian tertulis di situs tersebut.