Ciputat, Tangsel – Pemerintah Kota Tangerang Selatan kembali menggaungkan solusi jangka panjang untuk persoalan klasik: sampah. Kali ini, langkah besar dirintis lewat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, dengan nilai investasi mencapai Rp2,6 triliun. Proyek ini digarap oleh PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) bersama perusahaan teknologi asal China, China Tianying Inc (CNTY), melalui anak usaha OASA, PT Indoplas Energi Hijau.
“Pembangunan prasarana pengolahan sampah ini merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah daerah dalam membenahi tata kelola persampahan di Tangsel,” ujar Presiden Direktur OASA, Bobby Gafur Umar, Jumat (11/4/2025).
Groundbreaking ditargetkan berlangsung tahun ini, sementara konstruksi dijadwalkan mulai pada awal 2026. PLTSa Cipeucang nantinya dirancang mampu mengolah setidaknya 1.100 ton sampah per hari dengan teknologi Moving Grate Incinerator (MGI), yang diklaim dapat menghancurkan hingga 90 persen sampah tanpa menimbulkan asap atau bau. Teknologi serupa telah lama digunakan di negara seperti Singapura, sebagai bukti bahwa pengolahan sampah bukan hanya tentang mengurangi limbah, tetapi juga menghasilkan energi.
“Fasilitas pengolahan sampah yang lebih modern sangat dibutuhkan,” tegas Bobby.
Model kerja sama yang digunakan adalah build-operate-transfer (BOT) dengan masa konsesi 27 tahun. CNTY akan membawa pengalaman globalnya dalam pengelolaan sampah kota besar, termasuk di China, India, Brasil, hingga Jerman.
Namun di balik optimisme tersebut, proses realisasi proyek masih berada di tahap awal. Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, menekankan bahwa berbagai tahapan administratif masih harus dilalui sebelum proyek bisa benar-benar dimulai.
“Prosesnya masih berjalan, dan hasilnya akan dihitung terlebih dahulu oleh tim anggaran pemerintah daerah,” ujar Benyamin pada Januari lalu. Ia juga menambahkan bahwa tender penyedia jasa dan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) menjadi tahap penting yang belum tuntas.
Pemerintah Kota Tangsel menyadari bahwa proyek ini tak hanya menyangkut infrastruktur, tetapi juga menyentuh isu lingkungan, kesehatan masyarakat, hingga ketersediaan energi terbarukan di masa depan. Maka tak heran jika upaya ini dikawal ketat, baik oleh regulasi maupun ekspektasi publik.
Saat ini, Tangsel mengirim sebagian besar sampahnya ke TPA Cipeucang yang sudah mengalami kelebihan kapasitas. Dengan adanya PLTSa, diharapkan kota ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pembuangan sampah tradisional, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi lingkungan dan masyarakat.
Seiring dengan komitmen pembangunan berkelanjutan, proyek ini bisa menjadi tonggak penting dalam sejarah pengelolaan sampah modern di Indonesia. Namun sebagaimana diingatkan sang wali kota, jalan menuju realisasi masih panjang dan penuh tahapan teknis yang tak bisa dipangkas.
****