Lombok – Jumlah korban meninggal dunia dalam gempa di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan kekuatan tujuh pada Skala Richter pada Minggu (05/08 meningkat menjadi setidaknya 82 orang dan ratusan lainnya luka.
Demikian dikatakan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangannya pada Senin pagi (06/08).
Korban terbanyak terjadi di Kabupaten Lombok Utara yang merupakan pusat gempa, kata Humas Basarnas Mataram, Agus Hendra Sanjaya.
Agus mengatakan korban meninggal lain tersebar, termasuk di kota Mataram dan Lombok Barat, dan bahwa angka korban ini adalah sementara dan “hingga pukul 01:00 WITA Senin 6 Agustus masih dilakukan evakuasi oleh tim rescue Basarnas Mataram.”
“Korban rata-rata mengalami luka di bagian kepala dan patah tulang akibat reruntuhan,” kata Agus.
“Kita sudah menyebar tim di wilayah terdampak paling parah. Kesulitan yang kami alami, mengingat masih terjadinya gempa susulan berskala kecil mengakibatkan kemacetan di jalan. Akhirnya membuat kami kesulitan. Dan listrik, penarangan padam total,” kata Agus.
Para petugas juga telah menghimbau warga agar tak bermalam di dalam rumah karena masih ada gempa susulan.
“Untuk saat ini warga sudah kami himbau agar tidak bermalam di dalam rumah. Mengingat masih terjadinya gempa susulan. Sudah kami himbau menggunakan pengeras suara,” kata Agus.
Di ibu kota NTB, Mataram sendiri, warga berkumpul di tempat-tempat terbuka dalam suasana gelap karena listrik padam.
“Kami takut sekali, ada gempa susulan. Banyak orang masih berkumpul di lapangan,” tutur Ari, seorang penduduk Mataram.
Gempa susulan terjadi sampai belasan kali.
“Hingga saat ini telah ada 14 kali gempa susulan,” jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada media di Jakarta.
Sementara warga yang tinggal di Mataram lain, Raka Akriani, mengatakan dalam pesan singkat guncangan yang terjadi dibandingkan gempa pada tanggal 29 Juli lalu, “lebih besar.”
“Takut saya, gempanya besar dan berulang kali,” kata Raka.