Survei tentang #2019GantiPresiden: Popularitas Naik, Protes juga Meningkat

Fajarpos.com Fajarpos.com
Investasi Logam Mulia Emas

Jakarta, FAJARPOS.com – Y-Publika merilis sebuah survei menarik mengenai tagar #2019GantiPresiden. Isinya menunujukan bahwa gerakan ini kian populer di masyarakat, walaupun tidak semua dari masyarakat yang mengetahui lantas juga menyetujui.

Tingkat popularitas tagar #2019GantiPresiden ini mencapai 69,9 persen. Tetapi sebanyak 68,6 persen responden tidak menyetujui adanya gerakan tersebut.

“Survei pertama ditemukan 50,3 persen tagar ini diketahui publik, kemudian survei kedua alami peningkatan hingga 69,9 persen,” ucap Direktur Eksekutif Y-Publika Rudi Hartono pada acara konfrensi pers di Jakarta, Senin (3/9/2018).

Menurutnya, peningkatan ini cukup drastis. Walaupun tidak bisa dilupakan, angka responden yang tidak setuju, yaitu 68,6 persen itu tidak sedikit. Jadi, hanya 28,3 persen yang menyatakan dirinya setuju dengan gerakan tersebut.

Rudi juga kemudian menambahkan, tingkat penolakan di masyarakat juga naik seiring dengan populernya gerakan ini. Pada survei sebelumnya, tingkat penolakan masyarakat mencapai angka 67,3 persen. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang kian kritis.

Hal ini terlihat dari identifikasi terhadap pihak yang diuntungkan dari gerakan tersebut. Menurut Rudi, sebanya 32,1 persen responden menganggap tagar tersebut menguntungkan kubu oposisi atau lawan politik pemerintahan yang sekarang.

Sementara sebanyak 24,9 persen menilai pasangan Prabowo-Sandi lah yang diuntungkan dengan adanya gerakan ini.

“Sebanyak 20,6 persen menganggap tagar tersebut sebagai kelompok anti-NKRI, 12,8 persen menilai sebagai kelompok pendukung khilafah,” jelasnya.

Sikap publik yang kian kritis ini, menurut Rudi, juga terlihat dari bagaimana responden menilai bahwa gerakan ini bermuatan politik, dengan angka sebanyak 28,3 persen. Dan sebanyak 25 persen menganggap gerakan ini kampanye sebelum waktunya (pemilu).

Bahkan, responden dengan angka sebanyak 13,6 persen menilai gerakan ini sebagai gerakan makar.

“Hanya 8,4 persen yang menganggap sebagai gerakan protes atau bentuk ketidak puasan terhadap pemerintah,” kata Rudi.

Sebagai tambahan informasi, survei ini dilakukan mulai tanggal 13-23 Agustus 2018 dengan 1.200 responden. Metode pemilihan menggunakan teknik sampling acak bertingkat. Survei tersebut dilakukan dengan wawancara tatap muka. Kuisioner yang diajukan kepada responden memiliki margin of error sebesar 2,98 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. (FNI)