Bijak Menggunakan Dua Jari di Era Media Sosial

Fajarpos.com Fajarpos.com
Bolt 4G LTE (Internux) dan First Media.

Kekuatan dua jari dapat merusak semua – Moeldoko

Suburnya media informasi memberikan banyak kemudahan bagi publik untuk mengakses informasi. Itu kabar baiknya. Tetapi seiring waktu, tumbuhnya media informasi juga perlu disikapi dengan hati-hati oleh publik. Saat ini, berita-berita bohong mudah sekali berkeliaran. Oknum-oknum produsen berita bohong ini ada di mana-mana mengambil kesempatan dalam ruang publik yang kini penuh dengan kebebasan.

Kata kunci penting hidup di alam kebebasan informasi saat ini adalah cerdas dalam menerima dan menyaring informasi. Ada ungkapan ‘you are what you eat’. Kamu adalah apa yang kamu makan. Ini juga berlaku bagi apapun yang kamu konsumsi termasuk dalam mengonsumsi (menerima dan menelan) informasi. Jika kamu menelan informasi apapun tanpa kecerdasan menelaah terlebih dahulu, maka itu bisa menjadi sumber penyakit bagi dirimu. Sekali lagi kata kuncinya: cerdas memilah dan memilih informasi.

Dalam kaitan ini, kita patut mengapresiasi atas upaya yang dilakukan oleh Moeldoko dengan mengajak ICT Watch dalam rangka pengembangan SDM melalui literasi media. Mereka menggalang Gerakan Nasional Literasi Digital yang dengan mudah dapat dicari melalui tagar #SiBerkreasi. ICT Watch sendiri merupakan organisasi masyarakat sipil yang fokus pada kolaborasi pembangunan kapasitas SDM. Bidang kerjanya meliputi kemampuan literasi digital, ekspresi online, dan tata kelola siber.

Cerdas di Era Media Sosial

Secara umum, ikhtiar yang dilakukan oleh KSP dan ICT adalah upaya untuk mengampanyekan masyarakat agar cerdas di era media sosial ini. Masyarakat diajak untuk mengerti betapa pentingnya bersikap dan bertindak bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi. Bijak dalam pengertian ini adalah tidak buru-buru menelan informasi dan menyebarkannya. Bijak di era ini adalah menelaah berbagai informasi dari mana pun itu. Sikap kritis dibutuhkan untuk menerima informasi.

Kita (publik) perlu menyadari resiko dari persebaran informasi di era kini. Bila kita tidak bersikap kritis (bijak) dalam menerima dan menyebarkan informasi, maka kita secara tidak langsung ikut bertanggung jawab. Kerugian yang diakibatkan oleh berita hoaks bukan hanya kita tetapi juga orang lain. Sementara kita tahu bahwa di era kini informasi mudah sekali tersebar luas. Sekali berita disebar melalui media, maka dalam hitungan detik ia mengalir terus. Viral adalah kata yang tak asing yang menggambarkan cepatnya sebuah informasi mengalir dan menyebar.

Langkah Moeldoko dan ICT Watch adalah upaya yang patut kita dukung. Bila langkah ini berhasil menyadarkan masyarakat untuk cerdas menggunakan media, maka langkah ini dapat menjadi solusi bagi kegaduhan hoaks dan berbagai konten ilegal di media sosial. Menjaga ruang publik agar tidak dikotori oleh kegaduhan berbagai berita bohong, fitnah dan yang mengandung kebencian adalah tugas kita semua.

Ini adalah tanggung jawab dan kewajiban kita semua. Maka yang dibutuhkan adalah kekompakan kita untuk memerangi hoaks dan membentengi diri dengan perilaku cerdas menggunakan media.

Kekuatan Dua Jari Bisa Merusak Semua

Era digital adalah era bijaksana menggunakan dua jempol. Dua jari ini memiliki peran paling aktif setiap hari dalam mengoperasikan gawai cerdas. Kebijaksanaan dan kecerdasan kita dalam menggunakan media pada akhirnya ditentukan pada hasil akhir bagaimana eksekusi dua jari kita. Moeldoko mengatakan: “Kekuatan dua jari dapat merusak semua”.

Perkataan Moeldoko dapat kita baca sebagai penegasan bahwa tiap-tiap individu di era digital ini berpotensi merusak (mengotori) ruang publik kita. Tiap-tiap kita (melalui dua jempol ini) berpotensi membuat gaduh dengan informasi hoaks dan kebencian yang kita sebarkan. Maka langkah dia dan ICT Watch adalah tepat: menyasar dan menggugah kesadaran individu agar mereka dapat menggunakan dua jempolnya dengan bijaksana.

Tenaga Ahli Kemenkominfo Dedy Permadi yang juga turut hadir dalam membicarakan Gerakan Nasional Literasi Digital menyebutkan bahwa ada tiga hal penting yang disasar. Pertama, siberkreasi sebagai sebuah gerakan nasional yang berpusat pada literasi digital. Kedua, gerakan ini berfokus pada brainware yakni pengelolaan aspek manusia dalam berinteraksi di media online. Dan terakhir, kegiatan ini merupakan edukasi agar masyarakat lebih banyak menciptakan konten positif dibandingkan menyebarkan kebencian melalui sosial media.