Kata Toxic mungkin sudah atau pernah kita mendengarnya, bahkan belakangan ini masyarakat semakin sering mebicarakannya.
Kata toxic berasal dari bahasa Inggris yang memiliki artinya beracun dan kata toxic juga dapat digambarkan sebagai zat atau obat beracun yang berbahaya bagi manusia.
Apa yang Dimaksud dengan Toxic?
Kata Toxic memiliki beragam definisi dan harus disesuaikan dengan konteksnya. Jika kata toxic mengacu pada bahasa gaul yang saat ini semakin tren, dicetuskan anak-anak muda dari perkotaan atau lebih dikenal dengan sebutan anak Jaksel (Jakarta Selatan).
Toxic diartikan sebagai seseorang yang memiliki sifat buruk dan suka merugikan orang lain. Pada intinya, orang-orang yang toxic hanya akan membawa pengaruh negatif pada hidup orang lain, sehingga sebaiknya dihindari.
Apabila digambarkan kepribadian orang dalam sebuah pergaulan, toxic dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Contoh, dalam permainan sepak bola, ada salah seorang pemain yang hanya mementingkan diri sendiri. Ia tidak peduli dengan kerja sama tim dan memilih egois. Alhasil ia mendapat julukan pemain toxic.
Menjadi Toxic
Faktor kenapa seseorang menjadi toxic, sebagaimana dilansir dari situs Psych Central.
- Diturunkan dari orang tuanya yang juga toxic.
- Orang tua lalai dalam membina anak, sehingga anak memiliki sifat toxic.
- Memiliki trauma di masa lalu dan terus membekas dalam jangka waktu lama.
- Kondisi kesehatan jiwa (mental health) terganggu.
- Sifat toxic tersebut justru mendapatkan respons positif dari sekitarnya, misalnya orang yang egois dan manipulatif justru mendapatkan karier yang lancar.
Ciri-ciri Orang Toxic
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki sifat toxic atau tidak dengan melihat ciri-cirinya. sebagaimana dikutip dari situs Web MD.
- Mudah merendahkan orang lain.
- Memanfaatkan kebaikan yang diberikan oleh teman atau sahabat.
- Mudah merendahkan orang lain.
- Gemar memanipulasi orang lain.
- Hanya mau senang-senang saja, saat mengalami kesusahan ia tidak mau membantu.
- Selalu merasa lebih baik daripada orang lain.
- Senang jika teman-temannya mengalami kesusahan.
- Tidak memiliki empati dan simpati.
- Enggan untuk meminta maaf.
Cara Menghilangkan Toxic
Bisa jadi justru diri kita sendirilah yang ternyata toxic. Namun jangan khawatir, ada sejumlah cara untuk menghilangkan sifat toxic tersebut. Dilansir situs Web MD, berikut beberapa cara menghilangkan sifat toxic.
- Memaafkan diri sendiri atas perbuatan toxic yang dilakukan kepada orang lain.
- Mencari tahu apa penyebab kamu menjadi orang toxic.
- Mencari kebiasaan baru, menuju ke arah yang positif dan jauhkan hal negatif.
- Jangan terpengaruh oleh pikiran buruk (negative thinking) di dalam kepala.
- Sadar kalau kamu juga memiliki kekurangan, sehingga butuh bantuan orang lain.
- Berpikir lebih jernih dan realistis, jangan selalu mengikuti perasaan hati.
Cara Menghadapi Orang Toxic
Di atas merupakan cara untuk menghilangkan sifat toxic pada diri sendiri. Lantas, bagaimana cara menghadapi orang lain dengan sifat toxic? Dilansir situs Walden University, berikut cara menghadapinya.
Tetapkan Batasan Diri
Sebenarnya sah-sah saja kalau detikers memiliki teman yang toxic. Namun, berteman sewajarnya saja. Jangan sampai kamu merasakan getah dari pertemanan toxic yang sangat merugikan.
Kamu Berhak Bahagia
Orang yang memiliki sifat toxic sering kali menghancurkan kebahagiaanmu. Maka dari itu, tinggalkan saja orang yang toxic secara perlahan sebab kamu berhak untuk bahagia dalam hidup.
Fokus Pada Tujuan Hidup Diri Sendiri
Terkadang, orang-orang toxic di sekeliling detikers hanya ingin melihat kamu gagal dan terpuruk, tapi ia bersembunyi dengan menunjukkan rasa sedih dan menunjukkan perhatian. Untuk itu, fokus dengan dirimu sendiri saja dan abaikan orang-orang toxic di sekeliling detikers.
Jangan Penasaran dengan Masalah Mereka
Orang-orang toxic sering kali menceritakan suatu masalahnya kepada orang lain, tapi mereka juga turut menyeret orang lain ke dalam masalahnya. Oleh karena itu, jangan pernah merasa penasaran dengan masalah mereka. Cukup mengetahuinya saja dan jangan ikut campur.
Mengenal Toxic Relationship
Belakangan ini juga sedang tren istilah toxic relationship di kalangan anak muda. Lantas, apa sih sebenarnya toxic relationship itu?
Dijelaskan dalam buku Perempuan: Perempuan dan Media Volume 2, toxic relationship adalah sebuah kondisi ketika suatu hubungan asmara merugikan salah satu pihak, sehingga pihak tersebut merasa direndahkan, tidak dihargai, bahkan juga diserang dalam bentuk tindakan fisik, verbal, maupun emosional.
Toxic relationship tak hanya menyangkut hubungan dalam percintaan saja, tapi bisa dikaitkan dengan hubungan apa saja, seperti antara orang tua dan anak, hubungan antar saudara, hingga hubungan antara sahabat. Kalau toxic secara umum dikaitkan dengan hubungan antara teman, toxic relationship bisa dibilang sebagai hubungan yang lebih erat dan dekat.
Toxic Relationship
Kamu bisa mendeteksi apakah hubungan yang terjalin bersama orang terdekat sudah masuk dalam kategori toxic relationship atau bukan. Dikutip dari buku Perempuan: Perempuan dan Media Volume 2, berikut tanda-tanda kamu berada dalam toxic relationship.
- Terjadi kekerasan verbal
- Sering menerima kekerasan fisik
- Mengalami kekerasan seksual atau aktivitas seksual yang menyimpang
- Hilangnya harga diri
- Memiliki rasa cemburu yang berlebihan
- Terlalu posesif
- Minim apresiasi terhadap pasangan
- Sering tidak jujur
- Tertanam rasa benci di dalam hati, tetapi tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata
- Manipulatif.