PONDOK AREN – Di balik megahnya gedung-gedung pencakar langit dan rapi tertatanya lingkungan di kawasan Bintaro, terdapat cerita panjang tentang peran strategis pengembang swasta dalam pembangunan Kota Tangerang Selatan. Bintaro Jaya, yang kini genap berusia 46 tahun, menjadi sorotan utama dalam relasi antara sektor publik dan swasta yang saling menguatkan.
Perayaan HUT ke-46 yang digelar di New Jogging Track, BXC Bintaro, pada Minggu (25/5/2025), bukan sekadar seremoni. Kehadiran Sekretaris Daerah Kota Tangsel, Bambang Noertjahjo, mempertegas betapa vitalnya kontribusi Bintaro Jaya dalam membentuk wajah kota.
“Saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-46 tentunya kepada Bintaro Jaya, usia yang lebih tua daripada Pemkot Tangerang Selatan dan sebuah usia yang menunjukkan kematangan dalam membangun kawasan yang tidak hanya layak huni tapi juga menjadi contoh kawasan yang terintegrasi serta modern. Pastinya harusnya kami belajar dari Bintaro Jaya untuk mengelola wilayah ini ya,” ungkapnya.
Di mata Pemkot Tangsel, Bintaro Jaya bukan sekadar pengembang. Lebih dari itu, ia telah menjadi mitra strategis yang turut mewujudkan visi kota CMORE (Cerdas, Modern, Religius). Hal ini terlihat dari banyaknya proyek infrastruktur, pengembangan kawasan publik, hingga kegiatan sosial yang dilakukan secara kolaboratif.
Acara ulang tahun kali ini juga diisi dengan Fun Miles: Run for Education, sebuah agenda bertema pendidikan yang melibatkan lebih dari 1.000 peserta. Melalui kegiatan ini, publik diajak untuk memahami bahwa pengembangan kota bukan hanya soal fisik, tapi juga menyentuh aspek sosial dan nilai keberlanjutan.
“Kami sangat mengapresiasi kontribusi dan kolaborasi yang terjadi baik dalam pengembangan kawasan pelayanan publik hingga kegiatan sosial kemasyarakatan,” lanjut Bambang.
Jika ditilik lebih dalam, keberhasilan Bintaro Jaya selama lebih dari empat dekade bukan semata karena skala investasi atau luasnya lahan. Kuncinya terletak pada konsistensi perencanaan, respons terhadap dinamika kota, serta keterlibatan aktif dalam berbagai kebijakan pembangunan daerah.
Hari ini, publik mulai menyadari bahwa pengembang swasta seperti Bintaro Jaya memiliki posisi tawar yang kuat dalam penataan kota. Namun yang menarik, kekuatan itu bukan dipertentangkan dengan otoritas pemerintah, melainkan justru menjadi pelengkap. Relasi saling dukung inilah yang kini menjadi model sinergi perkotaan yang patut dicermati lebih dalam.
Melalui refleksi di usia ke-46, Bintaro Jaya menegaskan bahwa membangun kota bukan hanya tugas pemerintah. Ketika pengembang swasta mampu memosisikan diri sebagai aktor pembangunan yang peduli lingkungan, sosial, dan pelayanan publik, maka wajah kota akan jauh lebih berkarakter—seperti yang kini terlihat di sebagian besar kawasan Bintaro.
(*)