Benahi Wasit Liga Indonesia, Sebelum Sepak Bola Kita Hancur Lebur

Fajarpos.com Fajarpos.com
Foto: https://imgsrv2.voi.id/

Persoalan wasit kita masih menjadi sorotan publik. Banyak keputusan-keputusan kontroversial Kompetisi masih menghantui Liga 1 Indonesia. Sehingga dengan banyak keteledoran atau keputusan kontroversial itu, bukan saja ‘grade’ kualitas kita semakin drop, tapi semakin menunjukkan kualitas liga kita semakin parah.  

Bagi pecinta sepak bola, yang ingin menikmati sepak bola yang berkualitas, dengan kepemimpinan wasit yang adil dan kompetensi, maka nampaknya harapan itu harus ditahan dulu melihat kondisi perwasitan di Liga 1 Indonesia. Sebab itu, wajar apabila banyak seruan yang mengatakan agar stop saja liga kita.

Stop Liga Indonesia

Seruan stop liga itu ada benarnya. Pertama, PSSI sejatinya belum menyelesaikan tanggung jawabnya terkait dengan tragedi Kanjuruhan. Buktinya, banyak persoalan hukum yang masih belum tuntas. Pihak-pihak yang seharusnya diusut dalam perkara ini, tak kunjung ada titik terang. Sepertinya masalah ini dibiarkan begitu saja tanpa tindak lanjut yang adil. Bahkan baru-baru ini, beredar kabar bahwa eks Direktur LIB yang terjerat Kasus Tragedi Kanjuruhan dibebaskan (meskipun soal ini, antara Jaksa Agung dan Kepolisian mengelak).

Dengan kata lain, alih-alih menuntaskan masalah, PSSI justru terus melanjutkan kompetisi. Di titik ini, jelas PSSI tidak menunjukkan ‘respect’ dan tanggung jawabnya atas masalah Kanjuruhan ini (sebab hingga saat ini, tidak jelas pertanggung jawaban seperti apa yang ditunjukkan oleh PSSI, bahkan Iwan Bule selaku Ketua Umum PSSI, tidak mau mengundurkan diri pasca tragedi ini).

Kedua, hingga sejauh ini kompetisi liga bergulir, nampak tak ada perbaikan kualitas pertandingan. Liga 1 sebagai kompetisi liga utama sepak bola Indonesia dipenuhi dengan kepemimpinan wasit yang kacau, penuh dengan keputusan kontroversial, dan memantik kritikan dari banyak pihak. Ini dengan jelas menunjukkan bahwa PSSI tak banyak berbuat apa-apa untuk pembenahan sepak bola. Dengan kata lain, nilai pembenahan wasitnya nol besar.

Bukan Sekedar Wasit Error?

Banyaknya kontroversi wasit yang berulang-ulang, dan tak dibenahi ini hanya membawa kita pada kecurigaan demi kecurigaan. Bahwa jangan-jangan ini bukan persoalan inkompetensi wasit, tapi lebih dari itu, ada masalah yang jauh lebih serius, yakni adanya pihak-pihak yang diuntungkan di balik keputusan kontroversial itu.

Tentu tulisan ini tidak punya hak untuk menjustifikasi lebih jauh – cukup dengan ‘curiga’ saja. Tapi mestinya, masalah ini harus ditelusuri oleh PSSI. Publik harus tahu seperti apa sikap PSSI terhadap masalah kontroversi wasit. PSSI – sebagai induk organisasi sepak bola Indonesia – punya tanggung jawab di hadapan publik. Aspek transparansi dan akuntabilitas harus ditunjukkan oleh mereka. Dalam hal ini, mereka harus lantang menunjukkan sikapnya terhadap masalah ini.

Diam dan melakukan pembenahan secara diam-diam? Tentu itu oke-oke saja. Tapi apa progresnya? Paling tidak, wasit-wasit yang bermasalah ini dihukum dengan, misalnya tidak boleh memimpin untuk sekian pertandingan.

Apabila masalah ini dibiarkan, maka sekali lagi, akan menimbulkan kecurigaan demi kecurigaan di masyarakat. Bahwa kemudian kecurigaan itu berkembang menjadi tuduhan bahwa PSSI tidak serius mengusut adanya praktik ‘kecurangan’ di balik pertandingan, maka itu adalah rentetan dari kesalahan PSSI sendiri yang tidak bertindak tegas pada wasit-wasit seperti itu.

Jangan Harap Liga Maju

Masalah pertama yang mungkin terjadi, publik tidak akan mempercayai sepak bola kita. Imbasnya, sepak bola kita akan kehilangan pasarnya, yakni publik. Semakin besar ‘distrust’ publik terhadap sepak bola kita, maka akan berdampak serius bagi sepak bola kita. Apa yang kita harapkan dari olah raga yang sepi peminat?

Kedua, reaksi publik yang menurun minatnya terhadap sepak bola kita pada akhirnya akan berdampak pada sektor-sektor lainnya, yakni terutama sponsorship. Perusahaan mana yang mau lagi beriklan untuk perhelatan liga yang sepi peminat. Dampak lebih jauh, kita tak akan lagi memiliki sepak bola. Sebab tak akan ada  lagi yang membiayai pembinaan talenta-talenta muda.

Tentu kita belum sampai ke tahap separah itu. Sebab itu, kita masih punya kesempatan untuk berbenah. Membenahi wasit adalah salah satu prioritas memperbaiki sepak bola kita.