Menag Nasaruddin Umar Promosikan Pancasila dan Diplomasi Agama sebagai Solusi Global

Fajarpos.com
Menteri Agama dalam International Conference on Cohesive Societies (ICCS) Singapura
Menteri Agama dalam International Conference on Cohesive Societies (ICCS) Singapura

SINGAPURA – Menteri Agama Nasaruddin Umar mempromosikan Pancasila dan diplomasi agama sebagai solusi global dalam membangun masyarakat majemuk yang harmonis.

Hal itu disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam forum International Conference on Cohesive Societies (ICCS) Singapura, Selasa (24/6). Menteri Agama Nasaruddin Umar mendapat undangan dari Menteri David Neo, Menteri Budaya, Komunitas dan Pemuda, Menteri Faishal Ibrahim, Menteri Urusan Muslim dan S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS).

Konferensi Internasional Multikulturalisme ini juga dihadiri Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam, beberapa Menteri Singapura, Diplomat, Intelektual, Mahasiswa internasional, NGO di Ball Room Fairmont Raffles City Convention Center, Singapura.

Menjadi pembicara kunci dalam forum internasional ini, Menag Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang terbentuk dari hasil kesepakatan politik para pendiri bangsa. Sebagai ideologi bangsa, Pancasila memiliki peran besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk kehidupan bangsa Indonesia.

“Kita bersyukur Indonesia adalah negara yang majemuk dan memiliki keberagaman suku, budaya, adat istiadat, bahasa,” kata Menag Nasaruddin.

Dikatakannya, Pancasila menawarkan konsep yang rasional untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa dan role model kerukunan dunia. Keberagaman yang menjadi pembentuk lahirnya bangsa Indonesia dan disegani dunia.

“Kita menjadi contoh yaitu prinsip bersatu dalam perbedaan atau sering dikenal dengan istilah unity in divesity adalah berbeda-beda tetapi satu juga,” katanya.

Kata Menag, Indonesia terus mempromosikan apa yang disebut sebagai diplomasi agama “religious diplomacy”. Bahasa agama mampu menembus batas keyakinan

“Bagi kami, kemanusiaan itu satu. Tidak ada yang lain. Diplomasi formal sering kali terbatas oleh kepentingan politik. Sebaliknya, pendekatan berbasis agama lebih inklusif sehingga menyentuh nilai-nilai universal seperti kemanusiaan dan penghormatan kepada nilai nilai manusia,” ucapnya.

Menag Nasaruddin lantas menyinggung Deklarasi Istiqlal yang mencerminkan keselarasan antara nilai-nilai agama, Bhinneka Tunggal Ika dan falsafah kebangsaan Indonesia. Bahkan, Vatikan memberi kontribusi dengan menambahkan unsur Pancasila dalam naskah deklarasi.

“Deklarasi Istiqlal merupakan respons terhadap dua krisis besar dunia, yakni dehumanisasi dan perubahan iklim dunia,” kata Menag. (***)