Ijtihad Prabowo Wujudkan Indonesia Bercahaya

Fajarpos.com
Ahmad Nasir Siregar (Direktur Eksekutif Gerakan Institute)

Apakah Indonesia sedang gelap sebagaimana yang dikumandangkan oleh aksi demonstrasi mahasiswa bertajuk Indonesia Gelap?

Terlalu prematur menyimpulkan kondisi Indonesia hari ini sedang gelap. Penilaian ini terlalu pesimistis di tengah usia kepemimpinan Prabowo yang baru menginjak lebih dari 100 hari. Saya justru mengajukan hipotesis sebaliknya: “Sesungguhnya Prabowo akan membawa Indonesia menjadi negeri yang bercahaya.”

Tanda-tandanya bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan Prabowo yang berwatak kerakyatan. Kehadiran negara di tengah-tengah rakyat sudah mulai terasa lewat program-program yang brilian.

Pertama, Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini sangat bercorak kerakyatan untuk memastikan gizi generasi masa depan Indonesia tercukupi. Indonesia Emas 2045 bisa dicapai jika Indonesia terbebas dari stunting. Melalui MBG, negara hadir di piring-piring rakyatnya. Sehingga, duit rakyat yang berasal dari pajak rakyat betul-betul kembali ke rakyat.

Kedua, Cek Kesehatan Gratis. Dulu orang miskin dilarang sakit karena biaya berobat yang selangit bikin menjerit. Namun, Indonesia terus memperbaiki program layanan kesehatan untuk rakyatnya melalui sistem jaminan kesehatan nasional. Prabowo hadir lewat program cek kesehatan gratis agar rakyat mengetahui kondisi kesehatannya secara berkala, dan melakukan pencegahan sejak dini.

Ketiga, efisiensi anggaran untuk membiayai program-program kerakyatan tersebut. Efisiensi adalah penghematan anggaran. Asal muasalnya adalah ditemukan pemborosan anggaran yang tidak diperuntukkan untuk rakyat, tapi untuk elite pejabat dan para raja kecil.

Efisiensi mengalihkan anggaran dari yang awalnya untuk program-program seremonial ke program-program substansial yang bermanfaat untuk orang banyak. Tidak benar jika ada isu bahwa efisiensi tersebut memangkas anggaran pendidikan dan kesehatan yang memang mandatory spending, sebagaimana termaktub dalam UUD 1945. Isu ini jelas digulirkan oleh para raja kecil yang selama ini menikmati pemborosan anggaran tersebut.

Meskipun isu terus dihempaskan untuk menggagalkan kebijakan efisiensi anggaran, Prabowo tetap jalan terus. Go ahead Pak Prabowo! Segala kebijakan kerakyatan akan menemukan jalannya sendiri. Karena efisiensi anggaran adalah upaya ijtihad Prabowo untuk menjadikan masyarakat Indonesia bertamaddun, Indonesia yang berperadaban maju.

Keempat, akhlak Prabowo yang menghormati presiden (pemimpin) terdahulu. Ini adalah adab seorang pemimpin yang mengakui kiprah dan kontribusi para pemimpin sebelumnya. Ini juga mencerminkan karakter kesatria Prabowo yang menyadari bahwa Indonesia dibangun oleh para pemimpin di masanya.

Tak hanya itu, dengan para pengkritiknya, Prabowo berbicara dengan menyamakan diksi. Seperti ketika berbicara “ndas-mu” yang memang tidak ada nuansa menghina ataupun mengejek. “Ndasmu” adalah bahasa keakraban untuk mengingatkan kepada para pengkritiknya agar tidak terjebak dalam kritik tanpa solusi. Yang lebih berat dari kritik adalah memberikan solusi. Karena problem solving itu tahapan setelah kritik. Dengan kata lain, untuk mencari solusi atas suatu persoalan, seseorang itu harus mampu mengkritik persoalan tersebut.

Sekali lagi saya bertanya, apakah Indonesia sedang gelap sebagaimana yang dikumandangkan oleh aksi demonstrasi mahasiswa bertajuk Indonesia Gelap?

Tak perlu menghakimi, apalagi masih prematur. Tunggu saja gebrakan kerakyatan ala Prabowo. Kami pun juga menunggu. (***)

* Ahmad Nasir Siregar, Direktur Eksekutif Gerakan Institute

Exit mobile version