Revolusi itu Harus Dimulai dari Infrastruktur Stadion

Fajarpos.com
Foto: Stadion Sepak Bola (Properti Hipwee)

Hal paling krusial yang selama ini kurang mendapatkan sorotan dari PSSI – atau tepatnya banyak diabaikan – adalah persoalan kelayakan stadion sepak bola di Indonesia. Pasca peristiwa Kanjuruan, barulah semuanya terbongkar persoalan ini. Sebab itu, sorotan pembenahan total dari sepak bola di Indonesia mau tidak mau harus dimulai dari infrastruktur stadion yang layak, yang sesuai dengan standar FIFA.

Dengan menyoroti masalah ini sebagai prioritas utama, ini wujud nyata bahwa pembenahan dilakukan dengan pertama-tama mempertimbangkan aspek keamanan dan kenyamanan penonton. Di dalam konteks ekonomi modern, bahkan harusnya ini diterapkan di dalam ekonomi olahraga, penonton adalah raja yang harus diberikan tempat yang layak.

Kegagalan PSSI

Peristiwa Kanjuruan ini mengungkapkan sejumlah kegagalan PSSI di dalam memastikan kelayakan dari stadion-stadion yang selama ini dianggap lolos untuk jadi tempat gelaran dari kompetisi sepak bola di tanah air. Kegagalan itu mencakup beberapa hal.

Pertama, PSSI abai terhadap versi baku dari Asian Football Confederation (AFC). Buktinya di Indonesia ternyata banyak sekali infrastruktur stadion yang sudah tak lagi kokoh dan tidak memiliki standar baku versi AFC, yang mencakup tiga standar baku stadion: regulasi stadion, pencahayaan dalam stadion, dan regulasi keamanan dan pengamanan. Tiga standar AFC itu harus memenuhi beberapa poin, mulai dari jarak stadion ke bandara (maks 200 km dan/atau 2,5 jam waktu tempuh dari bandara), pencahayaan (min 1200 lux), fasilitas lain seperti ruang ganti, toilet hingga media.

Kedua, kegagalan PSSI juga diperparah oleh adanya oknum di tubuh PSSI yang melibatkan kepentingan pribadi di dalam memutuskan kelayakan suatu stadion, tanpa mempertimbangkan versi baku dari AFC atau FIFA. Bukti nyata ini terlihat dari pemilihan stadion Kanjuruan. Padahal stadion tersebut belum memenuhi standar baku AFC atau FIFA. Bangunan maupun fasilitasnya bernuansa kuno untuk ukuran AFC. Hingga perlu dipertanyakan, kok bisa stadion tersebut lolos verifikasi.

Pada sisi lain, stadion seperti JIS – dengan hanya sedikit kekurangan, dinilai tidak lolos verifikasi. Hal ini mempertegas adanya permainan oknum di dalamnya. Kalau penilaian tidak objektif atau sarat adanya kepentingan pribadi ini dibiarkan, maka tak akan ada kemajuan.

Revolusi Infrastruktur Stadion

Berkaca pada kegagalan ini, akhirnya banyak publik pecinta bola yang mengusulkan pentingnya PSSI untuk memulai fase baru dengan membenahi total dari infrastruktur yang ada. Pendapat yang paling komprehensif, salah satunya datang dari M. Qodari – Direktur Eksekutif Indo Barometer dan sekaligus warga pecinta sepak bola Indonesia. Ia menawarkan gagasan ‘revolusi’ sepak bola Indonesia. Dengan revolusi, dimaksudkannya adalah pembenahan total, besar-besaran, dan optimal.

Pembenahan optimal itu, menurutnya, harus dimulai dengan perbaikan stadion sepak bola Indonesia. Hal ini ia berkaca pada banyaknya stadion sepak bola yang jauh berada di bawah standar FIFA. Sebagai pembanding, ia menunjukkan stadion-stadion di Qatar saat berkunjung dalam rangka menonton Piala Dunia Qatar 2022. Stadion di sana bukan hanya indah, tapi juga memenuhi standar kenyamanan dan keamanan. Di mana para penonton bisa bergerak mengalir karena cukupnya space. Sedangkan stadion di Indonesia, bahkan ada beberapa tribun yang tidak ada kursi tunggal sehingga penonton sulit dihitung.

Dalam konteks stadion Indonesia, banyak sekali pelanggaran-pelanggaran dari standar regulasi FIFA terkait infrastruktur stadion yang layak dan ideal. Dalam konteks yang dituturkan oleh MQ, ada banyak area/space yang seharusnya tidak untuk penonton, malah ditempati sebagai penonton. Ini bukti nyata banyaknya prosedur yang dilanggar. Padahal prosedur seperti ini mestinya tidak boleh dilanggar sebab menyangkut keselamatan dan keamanan penonton.

Saran Revolusi Infrastruktur Stadion

Sebab itu, M. Qodari akhirnya sampai pada beberapa saran penting dalam rangka pembenahan total ini. Pertama, pemerintah pusat perlu turut ambil peran dalam pembangunan stadion sepak bola yang sesuai dengan standar FIFA. Pola relasinya bisa dalam bentuk kerja sama tapi pemerintah tetap harus yang pegang peranan besar.

Kedua, pemerintah membangun stadion skala besar di tiap ibu kota provinsi, dimulai dengan melakukan identifikasi kondisi stadion yang ada di Indonesia, apakah perlu renovasi atau membangun stadion yang baru. Poinnya di sini adalah PSSI dan pemerintah bekerja sama untuk memulai pembenahan sepak bola di tanah air ini dengan memastikan perbaikan dan kelayakan stadion yang ada demi keamanan untuk semua.