Fajarpos.com, Tangsel – Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, tidak tinggal diam menghadapi berita mengenai kondisi udara di wilayahnya.
Pemkot Tangsel telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi polusi udara yang juga dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
“Kita imbau untuk warga menggunakan masker, kita juga meningkatkan ruang terbuka hijau dan kapasitasnya dengan ekstensifikasi penanaman pohon-pohon pelindung,” ucap Benyamin usai ditemui di Puspemkot, Jumat (11/08).
Tidak hanya itu, pemerintah juga telah melaksanakan program kampung iklim yang bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam penanaman pohon dan menguji emisi gas buang kendaraan bermotor.
“Dan kita juga beri sanksi buat para pembakar sampah,” tegasnya.
Tak cukup itu saja, Pemkot juga melakukan pemantauan menggunakan alat yang terakreditasi yakni HVAS (High Volume Air Sampler) dan dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi KAN (Komite Akreditasi Nasional).
Dimana dasar peraturan yang digunakan adalah PP 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan dan perlindungan lingkungan hidup. Alhasil berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di tanggal 10 Agustus 2023 berada di angka 94 dengan baku mutu PM 2,5
“Artinya kualitas udara di Tangerang Selatan masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan,” ucap Benyamin.
Pemantauan tersebut dilakukan di 12 titik dengan menggunakan metode masive sampler, dan titik-titik ini tersebar di berbagai kecamatan seperti Setu, Pondok Aren, Serpong, hingga Ciputat Timur. Bahkan, lingkungan BMKG juga turut dimonitor. Namun, monitoring tidak berhenti di situ saja, karena ada juga pemantauan secara waktu nyata dari Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien (SPKUA) yang berlokasi di Taman Kesehatan.
Dalam alat SPKUA ini, dilakukan pemantauan terhadap 7 parameter, yaitu PM10, PM2,5, SO2, CO, O3, NO2, dan HC. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa tidak ada tingkat mutu udara yang memiliki dampak merugikan atau meningkatkan risiko terhadap kesehatan masyarakat.
“Terkait keadaan polusi udara, kita juga bertanggungjawab mengedukasi masyarakat. Bahwa keadaan udara tidak hanya diukur dengan partikuler meter kemudian mengambil kesimpulan,” tambahnya.
Karena harus dipelajari secara detail, kandungan apa yang terdapat dan berbahaya dalam partikel udara di sekitar.
“Bagaimana cara mengambil samplenya, metodologi sampling seperti apakah yang benar-benar sudah menguji sampel berapa persen dari 54 kelurahan dan 7 kecamatan yang ada di Tangerang Selatan,” terangnya.
Oleh karenanya kata Benyamin jangan terburu-buru menyebarluaskan informasi kondisi udara tanpa informasi yang lengkap.