Deklarasi Bersama Menjaga Stabilitas Harga Ayam dan Telur

Fajarpos.com
Foto: Perekonomian

Jakarta, FAJARPOS.com — Pemerintah tengah memberikan usaha terbaiknya dalam mengendalikan harga komoditas telur dan daging ayam. Pasalnya, beberapa waktu terakhir ini, harga telur dan daging ayam melebihi batas acuan harga konsumen yang telah ditetapkan Permendag nomor 58 tahun 2018. Peraturan tersebut menyebutkan harga acuan daging ayam di konsumen sebesar Rp.32.000,00/kg dan harga acuan telur sebesar Rp.22.000,00/kg.

Dalam acara Talkshow yang bertajuk “Menjaga Stabilitas Harga Telur dan Daging Ayam di Pasar Seperti Apa Solusinya?” di salah satu  hotel di Jakarta, (9/8), Pengamat Ekonomi Pertanian dan Makanan Ternak, Khudori, mengungkapkan beberapa masalah yang menurutnya menyebabkan tidak stabilnya harga komiditas telur dan daging ayam di pasaran. Pertama ketergantungan impor GGPS, GPS dan PS maupun  pakan. Pasalnya ketika harga GGPS/GPS dan bahan pakan dunia naik, imbasnya akan langsung terasa di pasar domestik. Selain itu, struktur industri perunggasan yang tidak berimbang serta ketersediaan dan instabilitas harga jagung juga menjadi salah satu penyebab fluktuasi harga.

“Ketersediaan jagung dan harga yang terjangkau merupakan pilar terciptanya industri perunggasan yang kompetitif,” terangnya.

Berlatar belakang  persoalan tersebut, Khudori menejelaskan tindakan yang seharusnya diambil pemerintah untuk menstabilkan harga telur dan daging ayam. Menurutnya, perhitungan kebutuhan impor GGPS dan GPS harus lebih akurat karena perencanaan produksi daging ayam  perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun. Produksi ayam  tidak dapat dihentikan mendadak apabila ada kenaikan permintaan.

Selanjutnya, menurut Khudori, pemerintah harus memastikan ketersedian pangan unggas, dalam hal ini jagung, baik dalam domestik maupun  impor. Ia juga berharap agar pemerintah dapat menentukan kepastian harga komoditas pokok meski tidak ada payung hukum yang mengaturnya secara pasti. Selain itu, Khudori berharap agar jagung, daging serta telur ayam harus dijadikan sebagai pangan pokok.

“Telur dan daging ayam relatif terjangkau oleh warga untuk memenuhi kebutuhan protein,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Harian Gopan, Sigit Prabowo, menyampaikan saat ini seharusnya Indoensia menjadi pasar yang potensial sekaligus menggiurkan bagi produk unggas negara lain maupun para investor baru.

“Dengan jumlah penduduk pada 2018 sekitar 260 juta jiwa Indonesia menjadi pasar yang potensial,” ujarnya.

Berbeda dengan Khudori dan Sigit dalam forum yang sama, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Fini Murfiani, mengungkapkan saat ini harga telur dan daging ayam perlahan mulai menurun. Ia menegaskan, pemerintah telah mengambil tindakan dengan mengirimkan 150 personil ke 15 provinsi di Indonesia untuk menggali informasi penyebab kenaikan harga. Cara ini dinilai telah berhasil dengan turunnya harga telur dan daging ayam pada minggu pertama bulan Agustus 2018.

“Dengan informasi yang akurat, akan memudahkan kita untuk mengambil tindakan,” ujarnya.

Di akhir acara, Fini mengungkapkan, baik pemerintah, pengusaha dan peternak dapat bersama-sama mengembangkan bisnis dalam bidang perunggasan agar dapat menguntungkan semua pihak. Menurutnya, bisnis ayam merupakan bisnis yang omsetnya dapat mencapai ratusan triliyun.

“Selain untung, harganya juga dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat,” tutupnya.

Acara di tutup dengan tanda tangan bersama sebagai bentuk deklarasi Steak Holder untuk bersama menjaga stabilitas harga Ayam dan Telur. [*]

Exit mobile version