JAKARTA – Korupsi di tubuh PT Telkom Indonesia seperti puncak gunung es. Banyak proyek di BUMN telekomunikasi ini bermasalah.
Dan proyek bermasalah di tubuh PT Telkom Indonesia diduga lebih dari Rp10 triliun.
Mengutip dari portal berita monitorindonesia, setidaknya ada lebih dari seratus proyek di PT Telkom dan anak usahanya yang jadi ladang korupsi. Namun cukup tiga proyek yang akan diungkap, kata informan di Gedung Telkom.
Inilah tiga proyek di PT Telkom yang diduga beraroma korupsi:
1. Proyek PT Telering Onyx Pratama (TOP) dan Asiatel
Dalam proyek ini nilai kerugian Telkom tercatat ratusan miliar. Ini adalah pengadaan perangkat tablet Samsung Tab S3 dengan Nilai Total Rp 322.871.362.500 yang dipecah kepada dua anak perusahaan Telkom, TelkomInfra dan TelkomSigma.
Telkom baru menerima pembayaran down payment (DP) proyek sebesar Rp18,9 miliar.
Sedangkan Telkom, melalui anak usahanya, sudah melunasi pembelian barang ke vendor EraKomp. Telkom sempat menerima pembayaran berupa cek dari TOP.
Tapi ternyata itu hanya cek bodong yang tak bisa dicairkan. Belakangan diketahui vendor EraKomp terafiliasi dengan bowheer TOP. Mereka bekerja sama dengan pejabat tinggi Telkom untuk merampok uang Telkom.
2. Proyek TOP-Visiland
Ini mirip dengan proyek sebelumnya. Telkom seolah mendapat order pengadaan PC All In One Lenovo senilai Rp 95.874.678.500. Telkom lantas menunjuk anak usaha, TelkomSigma, untuk menjalankan proyek. Penunjukan anak usaha ini diduga kuat agar mudah untuk pengaturan konkalikong dengan pihak vendor.
TelkomSigma kemudia menunjuk Visiland sebagai vendor pemasok komputer. Anehnya, meski Telkom baru menerima down payment (DP) sebesar Rp 9,5 miliar, Telkom meminta TelkomSigma untuk melunasi pembelian komupter ke Visiland.
Seperti diduga, hingga hari ini Telkom tak pernah menerima pelunasan pembayaran proyek. “Puluhan miliar mengalir sampai jauh. Saya tahu siapa saja direksi yang bermain,” kata sumber itu.
3. Proyek VSC Indonesia Satu
Proyek ini adalah soal pengadaan manajemen layanan visa Arab Saudi Untuk PT VSC Indonesia Satu. Awalnya VSC dan Telkom membuat perjanjian proyek recurring Rp 20,22 miliar per 3 bulan, dengan masa Kontrak dua tahun.
Pada proyek ini Telkom sudah membayar setidaknya Rp 67 miliar untuk pengadaan perangkat proyek.
Sayangnya, hingga saat kesepakatan dengan pihak Arab Saudi, layanan tersebut tak bisa diselenggarakan. Karena berulang kali wanpretasi, pihak Arab Saudi memutuskan kontrak dengan VSC-Telkom, dan memindahkan pekerjaan ke pihak Biometrik Kharisma Universal.
Kini layanan ini sudah beroperasi dengan baik. Telkom, selain kehilangan dana investasi puluhan miliar, juga dianggap tak cakap di mata pihak Arab Saudi.
Tak akan sampai disitu saja, sumber Telkom menyatakan membongkar kasus-kasus lainnya. “Ada yang lebih besar. Ratusan juta dolar melibatkan Direksi. Pekan depan saya bocorkan. Tunggu saja,” tegasnya.
Hingga berita ini tayang, konfirmasi redaksi belum direspon pihak Telkom. (***)