Fajarpos.com
  • Home
    • Tentang Kami
    • Pedoman Media Siber
    • Kebijakan Komunitas
    • Kode Etik Jurnalistik
    • Kebijakan Privasi
    • Informasi Iklan
    • Kebijakan Iklan
    • Kontak
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Hiburan
  • Hukum
Baca: Radjiman Wedyodiningrat
Bagikan
Fajarpos.com
  • Home
    • Tentang Kami
    • Pedoman Media Siber
    • Kebijakan Komunitas
    • Kode Etik Jurnalistik
    • Kebijakan Privasi
    • Informasi Iklan
    • Kebijakan Iklan
    • Kontak
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Hiburan
  • Hukum
© 2023 PT. Nafenzi Fajarpos Media. All Rights Reserved.
Fajarpos.com / Figur / Tokoh
Tokoh

Radjiman Wedyodiningrat

Fajarpos.com
Oleh: Fajarpos.com Diterbitkan 13 Agustus 2018
Radjiman Wedyodiningrat
Foto: Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat

Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat adalah seorang dokter yang juga merupakan salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia. Beliau adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan bangsa yang dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKl).

Dr Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyodiningrat, lahir di Yogyakarta pada 21 April 1879. Ia berasal dari keluarga rakyat biasa. Bapaknya, Sutodrono, hanya seorang penjaga sebuah toko kecil di Yogyakarta.

Pendidikan

Pendidikan Radjiman dimulai dengan model pembelajaran hanya dengan mendengarkan pelajaran di bawah jendela kelas saat mengantarkan putra Dr. Wahidin Soedirohoesodo ke sekolah, kemudian atas belas kasihan guru Belanda disuruh mengikuti pelajaran di dalam kelas sampai akhirnya di usia 20 tahun ia sudah berhasil mendapatkan gelar dokter dan mendapat gelar Master of Art pada usia 24 tahun. Ia juga pernah belajar di Belanda, Perancis, Inggris dan Amerika.

Pilihan belajar ilmu kedokteran yang diambil berangkat dari keprihatinannya ketika melihat masyarakat Ngawi saat itu dilanda penyakit pes, begitu pula beliau secara khusus belajar ilmu kandungan untuk menyelamatkan generasi kedepan dimana saat itu banyak Ibu-Ibu yang meninggal karena melahirkan.

Sejak tahun 1934 ia memilih tinggal di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi dan mengabdikan dirinya sebagai dokter ahli penyakit pes, ketika banyak warga Ngawi yang meninggal dunia karena dilanda wabah penyakit tersebut. Rumah kediamannya yang sekarang telah menjadi situs sudah berusia 134 tahun. Begitu dekatnya Radjiman dengan Bung Karno sampai-sampai Bung Karno pun telah bertandang dua kali ke rumah tersebut.

Boedi Oetomo sampai BPUPKI

Dr. Radjiman adalah salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo dan sempat menjadi ketuanya pada tahun 1914-1915.

Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Pada tanggal 29 Mei 1945 yakni pada sidang BPUPKI, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pemboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia.

Setelah kemerdekaan

Di masa setelah kemerdekaan RI Radjiman pernah menjadi anggota DPA, KNIP dan pemimpin sidang DPR pertama di saat Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dari RIS.

Dr. Radjiman Wedyodiningrat meninggal di Ngawi, Jawa Timu pada 20 September 1952 pada umur 73 tahun. Oleh pemerintah Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia yang diberikan bertepatan dengan peringatan hari pahlawan pada 10 November 2013 melalui Keppres No. 68/TK/2013 bersama kedua pahlawan lainnya yakni: Lambertus Nicodemus Palar dan Tahi Bonar Simatupang.

Sumber: Wikipedia.org

Kata Kunci: #Pilpres2024
Fajarpos.com 10 Mei 2023 13 Agustus 2018
Bagikan Artikel
Facebook Twitter WhatsApp WhatsApp
banner
e-Meterai (Meterai Digital)
e-Meterai (Meterai Digital) merupakan meterai terbaru. Butuh Meterai untuk Dokumen bisa dibeli secara daring (online). Call Center Distributor Resmi: 0813-8703-8299
e-Meterai
Facebook Like
Twitter Follow
Instagram Follow
YouTube Subscribe

Artikel Lainnya

Soeharto
Tokoh

Biografi Soeharto, Bapak Pembangunan Republik Indonesia

Fajarpos.com Fajarpos.com 10 Maret 2023
Ir. Soekarno
Tokoh

Biografi Ir. Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia

Fajarpos.com Fajarpos.com 28 Februari 2023
Muhaimin Iskandar
Tokoh

Profil Muhaimin Iskandar, Politisi dari Keluarga Pesantren

Fajarpos.com Fajarpos.com 20 Februari 2023

© 2023 PT. Nafenzi Fajarpos Media. All Rights Reserved.

Selmat Datang

di Fajarpos Media

Daftar Lupa sandi