Mungkinkah Timnas Sepak Bola Indonesia Bisa Menjadi Macan Asia?

Fajarpos.com
Foto: Zahra Muzdalifah (Properti by Inews).

It always seems impossible untill it’s done. Pernyataan ini disampaikan oleh tokoh pembebasan-politik apartheid di Afrika, Nelson Mandella, yang membebaskan masyarakatnya dari belenggu rasisme politik dan akhirnya kini mereka bisa menikmati kemerdekaan itu.

Semula, semuanya terasa tidak mungkin (impossible), tapi Mandella tak kehilangan secercah harapan yang menuntunnya mewujudkan itu. Pernyataan ini nampaknya perlu – untuk konteks yang lain – demi membangkitkan harapan sepak bola Indonesia?

Merevolusi Liga

Sepak bola Indonesia memiliki potensi besar untuk memiliki timnas yang dapat berbicara banyak dalam sepak bola Asia. Dengan kata lain, bukan hal mustahil bahwa timnas sepak bola Indonesia menjelma macan Asia yang disegani oleh tim-tim dari negara Asia lain.

Tapi untuk mencapai target itu, maka diperlukan revolusi di berbagai elemen di dalam sepak bola Indonesia. Tulisan ini menyoroti revolusi pada salah satu elemen penting: yakni revolusi liganya atau kompetisi utama yang berada di bawah naungan PSSI.

Pilihan dari menyoroti kompetisi utama, yakni Liga 1 Indonesia, sebagai titik penting untuk direvolusi adalah berpijak pada alasan yang kuat. Bahwa merevolusi liga utama supaya berkualitas, dengan sendirinya akan membawa dampak positif atas elemen-elemen lainnya.

Lahirnya Klub-klub Kompetitif

Di antaranya, kompetisi liga yang terkelola dengan baik, didukung dengan ekosistem yang kompetitif, bisa mendorong lahirnya klub-klub berkualitas dan kompetitif. Bukti tersebut bisa dilihat pada Arab Saudi dengan klub-klub seperti Al Hillal, Al Nassr, dan Al Ahli.

Di bawah naungan J-League (Liga Jepang), ada klub-klub seperti Urawa Red Diamonds, Kawasaki Frontale, dan Nagoya Grampus; dan di bawah K-League (Liga Korea Selatan), ada klub-klub besar Jeonbuk Hyundai Motors, Ulsan Hyundai, dan Daegu.

Klub-klub ini memiliki kontribusi yang besar terhadap rangking liganya masing-masing. Sebab mereka selalu berpartisipasi (lolos) sebagai wakil dari negaranya masing-masing di kompetisi Liga Champions Asia. Al Hillal – sebagai contoh – mampu menaikkan rangking Liga Arab Saudi dengan prestasinya di Liga Champion Asia, di mana ia menjadi klub paling sukses dalam raihan tropi Liga Champion Asia. Al Hillal pemecah rekor. Sebab itu, wajar apabila saat ini, rangking teratas liga top Asia adalah Liga Arab Saudi, disusul J-League dan K-League.

Untuk klub-klub Liga 1 Indonesia, tiga klub yang dianggap paling berkontribusi di Liga Champion Asia berdasarkan data terbaru dari AFC Rankings’ Club Contribution 2022, antara lain: PSM Makassar, Persija Jakarta, Bali United, dan Persipura Jayapura.

Lahir Pemain-Pemain Hebat

Selain itu, apabila kompetisi liga baik dan lalu mendorong lahirnya klub-klub hebat, dengan sendirinya banyak pemain-pemain yang potensial. Pada akhirnya, timnasnya tidak akan kekurangan talenta hebat yang bisa diandalkan untuk setiap lini yang dibutuhkan di skuat tersebut.

Lihat timnas Jepang. Ia memiliki J-League yang kompetitif, dengan klub-klub yang hebat. Maka saat ini, timnas Samurai Biru itu kini menjadi pemilik tropi terbanyak (4 tropi) di Piala Asia; disusul Arab Saudi dan Iran di urutan kedua (masing-masing 3 tropi piala Asia);

Korea Selatan (2 tropi), dan Qatar, Australia, Irak, Kuwait, dan Israel (masing-masing 1 tropi). Bahkan skuat timnas Arab Saudi – pada Piala Dunia Qatar 2022 – mayoritas pemainnya berasal dari klub-klub kompetisi liga utama negaranya, Liga Arab Saudi.

Ekonomi Olahraga Tumbuh

Manfaat lain dari majunya kompetisi utama Liga 1, maka bukan hanya mendorong lahirnya klub-klub prestasi, tapi juga memungkinkan sponsor-sponsor untuk rebutan di liga tersebut. Dengan kata lain, ekosistem liga yang baik membuka kran tumbuh suburnya ekonomi olahraga.

Sehatnya keuangan klub bisa memacu perbaikan klub. Bukan tidak mungkin, nanti seperti liga-liga top Asia lainnya, seperti Liga China dan Arab Saudi, yang jadi pelabuhan dari pemain-pemain top Eropa. Ini bisa menaikkan kelas kompetisi Liga 1 Indonesia kita.

Apa yang tidak kalah penting dari revolusi kompetisi utama adalah transparansi, akuntabilitas, dan terutama profesionalitas pengelolaan terutama profesionalitas pengelolaan pertandingan. Arab Saudi, jika kita ingin berkaca ke sana, bahkan mendatangkan salah satu wasit terbaik dari Liga Inggris.

Mark Clattenburg, namanya. Kiprahnya sebagai wasit profesional dan top di dunia tidak diragukan lagi. Arab Saudi merekrutnya dengan tugas penting untuk meningkatkan standarisasi perwasitan di kompetisi Liga Arab Saudi. Indonesia perlu mengikuti jejak ini kalau ingin memperbaiki liganya. Indonesia membutuhkan ‘upgrade’ kualitas pengadil di lapangan. Sebab selama ini, kompetisi Liga 1 selalu diwarnai oleh keputusan-keputusan yang kontroversial yang entah karena inkompetensi wasit atau karena ketidaktegasan wasit-wasit kita.