Sepak bola Indonesia sulit untuk berkembang maju. Begitulah pesimisme dari sebagian kita.
Komentar itu tak mengherankan bila menyaksikan keputusan-keputusan konyol yang diberikan oleh wasit. Banyak sekali yang membuat penonton melek sepak bola yang menyayangkan keputusan-keputusan itu. Keputusan itu bukan hanya sekali-dua kali, tapi berkali-kali. Bahkan – bila kita coba ‘browsing’ di internet, dengan kata kunci ‘wasit kontroversial’, ‘keputusan konyol’, dan lain-lain, maka bermunculan sejumlah pemberitaan.
Pada akhirnya yang dirugikan bukan hanya tim yang berlaga, tapi suguhan sportivitas tercederai oleh banyak keputusan kontroversial.
Human Error atau Kesengajaan?
Untuk sekali-dua kali, keputusan konyol di dalam satu pertandingan masih bisa dianggap wajar. Tapi apabila masalah keputusan konyol alias kontroversial itu terjadi berkali-kali, maka di situ tak bisa lagi dianggap sebagai suatu keliruan yang bisa ditoleransi. Ini bukan suatu yang wajar disebut ‘human error’, tapi harus dicurigai sebagai masalah yang lebih dari sekedar ‘human error’.
Dalam hal ini, PSSI harus bertindak lebih jauh dan tegas untuk melihat persoalan ini secara kritis. Apa yang salah dari kepemimpinan wasit? Mengapa banyak keputusan kontroversial yang berulang-ulang? Singkatnya mengapa kepemimpinan wasit kita berkali-kali jatuh pada kekeliruan yang sama?
Melihat kenyataan ini, ada dua kemungkinan. Pertama, PSSI harus memiliki kecurigaan sebagai dasar awal untuk menyelidiki apakah kekeliruan dari kepemimpinan wasit itu berasal dari ‘human error’ atau justru ada hal yang aneh dari kesalahan-kesalahan itu. Kecurigaan ini bisa menjadi pintu masuk untuk menguji integritas dan profesionalitas para wasit kita di dalam memimpin laga. Harus ada tindakan yang tegas untuk memberikan hukuman apabila ditemukan kesengajaan dalam keputusan kontroversialnya.
Kedua, apakah keputusan-keputusan kontroversial dari wasit ini berasal inkompetensi dari wasit, sang pengadil di lapangan. Sehingga yang harus dibenahi dan dibongkar ulang pembinaan perwasitan di liga Indonesia. Kalau persoalannya adalah inkompetensi, maka perlu ada pembenahan di dalam merekrut wasit-wasit yang berkualitas.
Apapun itu, entah karena ‘human error’ sang wasit, atau kesengajaan yang melibatkan pihak-pihak lain yakni pihak luar yang mengambil manfaat dari keputusan kontroversial sang wasit, kedua masalah ini tidak boleh dibiarkan. Kuncinya: perkuat ketegasan regulasi, tindak tegas bila ada kecurangan, dan yang tak kalah penting, perkuat lagi pembinaan kualitas sang pengadil di lapangan.
Peningkatan Kualitas Wasit, Belajar dari Arab Saudi
Namanya Mark Clattenburg, berasal dari kota Newcastle. Ia salah satu wasit terbaik di Liga Inggris. Pengetahuan dan pengalamannya memimpin pertandingan sepak bola di kompetisi-kompetisi Eropa sudah tidak diragukan lagi. Ia pernah memimpin final Liga Champions dan final Piala Eropa 2016.
Pada 16 Februari 2017, ia resmi mengemban status sebagai kepala wasit Liga Arab Saudi. Sepak bola Arab Saudi menyambutnya dengan penuh optimisme. Dengan pengadil yang kompeten dan profesional, wajar apabila ada harapan besar. Di hadapan media, dia mengatakan: “saya akan membawa banyak pengetahuan dan gairah untuk meningkatkan kemampuan dan pendidikan wasit di Arab Saudi”.
Di sini menunjukkan bahwa Arab Saudi menyadari betapa pentingnya profesionalitas dan kompetensi pengadil di lapangan hijau. Sepak bola yang baik bukan hanya didukung oleh adanya dua tim terbaik, tapi juga harus ada ‘pengadil’ yang baik. Sebab jika tidak, keindahan itu bisa tercoreng, sehingga yang terjadi adalah ketidakpuasan pada kepemimpinan wasit, perasaan tercurangi, dan dampak lebih jauh: memicu konflik, kekerasan, dan ketidakpercayaan terhadap sepak bola kita.
Dalam kenyataan saat ini, dengan banyaknya wasit-wasit kontroversial di Liga 1 Indonesia, maka sudah saatnya kualitas kepemimpinan wasit ditinjau kembali. PSSI harus melakukan perombakan total. Wasit-wasit yang tidak kompeten, tidak usah diberi panggung. Harus ada standar toleransi yang ditegakkan dengan tegas sehingga tidak ada lagi wasit main mata, atau keputusan-keputusan kontroversial.
Apa yang dilakukan oleh Arab Saudi dengan mendatangkan wasit dari Liga Inggris, rasanya perlu dicoba oleh PSSI. Supaya pengadil di lapangan benar-benar ada di tangan orang yang tepat, dan supaya wasit-wasit kita yang lain menjadi lebih berkualitas. Percuma kita mendorong pemain dan klub menjadi lebih kompetitif dan berkualitas apabila tidak ada dukungan perbaikan ekosistem perwasitan yang baik untuk sepak bola Indonesia.