Sekelumit Tentang Pemikiran Aristoteles

Fajarpos.com Fajarpos.com
Pemikiran Aristoteles

Selain Sokrates dan Plato, terdapat satu tokoh filsuf lagi yang tak kalah besar pengaruhnya pada zaman Yunani bahkan sampai masa Modern: Aristoteles (Aristotle). Dikenal dengan “bapak empirisme” dan “bapak logika”. Adalah filsuf yang sangat produktif melahirkan berbagai macam teori/pandangan  melalui karya-karyanya yang berbentuk makalah yang dia tulis untuk materi kuliah. Corpus Aristotelicum membuktikan, hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada masanya, dia ketahui dengan mendalam. Sehingga filsafatnya mencakup berbagai ranah seperti yang akan kita bahas di bawah ini.

Biografi

Aristoteles lahir pada tahun 384 S.M. di kota kecil Stagira pada Semenanjung Kalkideke di Trasia (sekarang di wilayah Yunani utara, daerah Makedonia). Ayahnya yang bernama Machaon, adalah seorang dokter istana pada raja Amyntas II. Hal inilah yang membuat ketertarikannya kepada biologi dan ilmu alam berkembang sejak dia kecil. Keahliannya dalam membedah dia dapat dari asuhan bapaknya sendiri. Setelah kematian bapaknya, dia pergi ke Athena dan belajar di Akademia (Academy), menjadi murid Plato selama 20 tahun.

Sepeninggal Plato, Aristoteles bersama Xenokrates yang sama-sama murid di Akademia ke Assos, dekat Troy, yang dikuasai oleh Hermias. Kepindahan Aristoles dan Xenokrates ini juga berdasarkan undangan Hermias. Ada beberapa alasan yang membuat Aristoteles dan kawannya meninggalkan Akademia. Pergantian pemimpin yang terjadi di Akademia, yaitu dari tangan Plato ke Speusippos dan ketidakcocokan pemikiran antara Plato dan Aristoteles adalah beberapa di antaranya. Di kota inilah Aristoteles menikah dengan anak saudara dari Hermias, Pythias, yang kemudian memberikan dia seorang  putra bernama Nichomacos dan putrid yang sesuai dengan nama ibunya.

Penaklukan kota ini oleh Persia dan terbunuhnya Hermias membuat Aristoteles kembali berpindah ke Macedonia berdasarkan undangan raja Philiphos untuk mengajar putranya Alexandros (Alexander atau Iskandar Zulkarnain). Pada tahun ini pula (347 S.M.) istrinya meninggal. Setelah Alexandros diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya, Aristoteles mendapat kesempatan untuk mengembangkan penelitiannya dan dia membangun sebuah sekolah bernama Lykeion. Namun hal itu juga tidak berlangsung lama. Setelah kematian Alexandros di medan perang (kira-kira sekitar 12-13 tahun sejak Aristoteles berdiam di sana), dia dikejar-kejar oleh kelompok anti-Macedonia yang memaksanya dia kembali berpindah tempat. Dia pindah ke Kalkis, pulau Eubua dan mengakhiri hidupnya di tempat itu setelah setahun dia sakit pencernaan. Dia meninggal pada usia 63 tahun (ada juga yang menulis 62 tahun).

Logika

Seperti yang sempat disinggung di atas, dia dikenal dengan “bapak logika”. Logika adalah sumbangan terbesarnya pada dunia Modern. Menurutnya, ilmu pengetahuan dibagi menjadi tiga macam: Ilmu pengetahuan produktif (poitika), praktis (praktika) dan teoritis (teoritika). Untuk menentukan keilmiahan dari ilmu-ilmu ini, logika adalah alatnya. Jadi logika dibentuk untuk mengetahui sah atau tidaknya ilmu-ilmu tadi.

Secara umum logika Aristoteles berhubungan dengan ajarannya mengenai induksi, deduksi dan silogisme (silogistik).

Induksi adalah pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan yang khusus. sedangkan deduksi adalah sebaliknya, pengambilan kesimpulan yang khusus melalui yang umum. Bentuknya adalah berupa silogisme yang seperti selama ini kita kenal. Contoh:

Semua manusia akan mati (premis mayor/umum)

Sokrates adalah manusia (premis minor/khusus)

Maka: Sokrates akan mati (kesimpulan)

Kata manusia di atas adalah merupakan kata penghubung antara premis-premis yang sudah disebutkan sebelumnya. Di antara beberapa metode pengambilan metode di atas, Aristoteles  lebih condong pada cara pengambilan yang khusus berdasarkan pada yang umum.

Tiga hukum menurut Aristoteles:

  1. Hukum Identika: Tidak ada pertentangan di dalam kebenaran.
  2. Hukum Penyangkalan (Kontradikta): Jika ada dua pertanyaan yang bertentangan, maka hanya ada satu yang benar.
  3. Hukum Penyangkalan yang Ketiga: Di antara dua pernyataan yang bertentangan, tak mungkin ada satu yang benar.

Metafisika dan Teori Materi dan Bentuk (Hylemorfisme)

Dalam teori ini, pertentangan antara pemikiran Aristoteles dan Plato menjadi sangat tampak. Menurut Aristoteles, realitas benda itu ada pada benda itu sendiri. Bukan pada alam idea seperti apa yang diyakini oleh Plato.

Untuk membuktikan pandangan ini, Aristoteles menjelaskan mengenai teori materi dan bentuk (the theory of matter and form). Menurutnya, segala benda pastilah memiliki materi dan bentuk. Semisal mobil. Mobil terbuat dari materi besi, karet, kaca dan lain-lain. Pun mobil juga memiliki bentuk: Sebuah mobil. Tidak ada satu benda pun di dunia ini yang tak memiliki materi dan bentuk.

Ada empat penyebab untuk mengartikan suatu kejadian atau penampakan:

  1. Causa Formalis: (form) bentuk yang menyusun bahan. Misal: mobil
  2. Causa Finalis: tujuan yang menjadi arah. Misal: mobil untuk alat transportasi
  3. Causa Efficien: motor atau engine atau pembuat. Misal: pembuat mobil
  4. Causa Materialis: materi atau bahan awas. Misal: bahan awal mobil adalah besi, kaca dan karet.

Etika Aristoteles

Sebagaimana Sokrates dan Plato, Aristoteles juga beranggapan bahwa tujuan hidup ini adalah kebahagiaan (eudaimonie). Tetapi mengenai cara untuk meraihnya, dia lebih realistis dari pada kedua filsuf yang disebutkan di awal tadi. Dia agak sedikit berbeda dengan Sokrates. Menurutnya, tujuan kita bukan mengetahui, melainkan berbuat. Tujuan hidup bukan untuk melakukan kebaikan demi kebaikan, melainkan merasakan kebahagian.

Kebahagiaan tidak bisa ditafsirkan sebagai kekayaan, kehormatan atau kenikmatan. Karena ketiga hal tersebut masih menunjukan sifat hewani. Ada dua hal yang menurutnya khas manusia (manusiawi): Theoria (perenungan) dan Praxis. Satu hal yang disebutkan di awal adalah pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh manusia. dan menurutnya, perenungan yang dalam mengenai kebenaran adalah suatu kebahagiaan. Namun di lain sisi, manusia juga tidak sepenuhnya “melangit” (berdasarkan ruh seperti kegiatan perenungan). Manusia perlu berbuat dan perbuatan manusia tentu pada ranah praxis.

Lebih jauh lagi, Aristoteles memberikann satu konsep di dalam filsafat etikanya: konsep jalan tengah. Dia  mencoba menghindari dari berbagai sifat dan sikap ekstrim seperti “terlalu kanan atau terlalu kiri”. Contoh, berani adalah sifat yang tepat karena berada di tengah-tengah dari sifat pengecut dan gegabah. Selain dari itu, untuk memantapkan prilaku manusia diperlukan adanya beberapa hal yang menurutnya akan menjauhkan manusia dari kejelekan. Pertama, harta yang cukup. Kedua, persahabatan. Ketiga, keadilan. Keadilan ini dibagi menjadi dua macam: keadilan dalam pembagian harta yang relative berimbang sesuai kebutuhan dan keadilan dalam memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan.

Keutamaan etika ini tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan cara hidup yang individual. Sebab sebagaimana keyakinan Aristoteles, manusia sejatinya adalah makhluk ber-polis (atau ada yang menerjemahkan makhluk sosial “zoon politicon”). Maka diperlukanlah adanya keluarga, masyarakat dan akhirnya, polis (negara-kota).

Politik

Ada rumus sederhana dari Aristoteles dalam membentuk suatu negara-kota. Menurutnya, apapun bentuk pemerintahannya, segala kebijakan pemerintah “haruslah berdasarkan pada kepentingan umum, bukan pribadi”. Walaupun begitu, Aristoteles masih mengadakan penelitian terhadap 158 konstitusi-konstitusi yang berlaku di Yunani pada waktu itu. dan ada tiga yang menurutnya ideal daripada yang lainnya: Monarki, aristokrasi dan politea (timokrasi). Dan di antara ketiga sistem pemerintahan tersebut, aristokrasilah yang menurutnya paling mapan.

Dengan begitu, jelaslah bahwa Aristoteles menolak Plato dengan anggapan philosopher-king-nya. Sebab menurutnya, hal itu terlalu ngawang. Susah – atau mungkin mustahil – untuk dilakukan. Di sini terlihat bagaimana realism Aristoteles.

Lantas mengenai perbudakan, menurutnya perbudakan adalah cetakan alam dan hanya bisa hilang jika sudah ada alat automatic – semacam robot, yang sudah menggantikan pekerjaan manusia.

Mengenai warga negara, dia berpendapat bahwa warga negara yang paling ideal adalah kaum menengah yang berbudi baik. Bankir dan para pedagang tidak masuk hitungan. Karena walaupun mereka merdeka, pekerjaan semacam itu adalah pekerjaan yang menumpulkan pikiran dan dekat dengan riba.

Seni-Budaya

Aristoteles menganggap di dalam seni-budaya haruslah ada dua unsure:

  1. Seni-budaya adalah cerminan dari dunia realitas, dan
  2. Seni/kesenian haruslah menyadarkan, memurnikan atau haruslah mempunyai insight terhadapa penontonnya. (FNI)