Jakarta — Kejadian penarikan dana besar-besaran oleh PP Muhammadiyah dari Bank Syariah Indonesia (BSI) telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri keuangan syariah.
Pengamat ekonomi syariah dari Universitas Airlangga, Imron Mawardi, menegaskan bahwa ini harus menjadi pelajaran berharga bagi Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk mengantisipasi risiko di masa depan.
Menurut Mawardi, insiden ini mengungkapkan pentingnya diversifikasi rekening untuk mengurangi risiko.
“Kalau semua dana itu dikumpul di satu bank, kemudian ada sesuatu misalnya, ada trouble sistemnya, trouble teknologinya, itu kan berisiko,” ujar Mawardi.
Beliau juga menambahkan bahwa sistem penjaminan simpanan yang hanya sebesar Rp 2 miliar menjadi faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh lembaga dan nasabah besar.
BSI, yang sempat mengalami gangguan pada sistem mobile banking-nya, diharapkan dapat belajar dari pengalaman ini.
“Bahwa ada dampak, iya. Tapi dampak itu saya yakin bisa diantisipasi oleh BSI. Karena memiliki kecukupan likuiditas. Tapi ya tentu ini juga menjadi pelajaran juga buat BSI,” kata Mawardi.
Baca juga: Kejutan di Sektor Perbankan, Muhammadiyah Alihkan Dana dari BSI
Keputusan PP Muhammadiyah untuk menarik dana mereka dari BSI dan memindahkannya ke bank-bank syariah lain.
Sebut saja, antara lain: Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, dan bank-bank syariah daerah, menunjukkan langkah strategis dalam mengelola risiko finansial.
Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini memberikan pelajaran bagi seluruh industri perbankan untuk memperkuat sistem keamanan dan layanan mereka.
BSI kini berada di persimpangan jalan untuk memperbaiki hubungan dengan stakeholder utama dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Baca juga: Kejutan di Sektor Perbankan, Muhammadiyah Alihkan Dana dari BSI
(*)