PSSI akan selalu diingatkan oleh bayangan dan dosa-dosanya terkait Tragedi Kanjuruhan. Sebab publik terutama pencinta sepak bola akan terus melakukan berbagai upaya untuk menuntut ketua umum dan jajaran PSSI dan semua yang terlibat untuk pertanggungjawaban terhadap tragedi yang mengakibatkan 135 orang meninggal di dalam tragedi itu. Kita belum menghitung kerugian-kerugian lain, korban yang luka, dan beragam fakta yang ditunjukkan oleh tim investigasi yang menelusuri pangkal persoalan dari tragedi ini.
Ragam Strategi Menolak Lupa
Setidaknya ada beberapa langkah yang saat ini terus ditempuh oleh suporter Indonesia sebagai wujud solidaritas atas tragedi Kanjuruhan dan komitmen untuk mendorong perbaikan sepak bola Indonesia agar tidak ada lagi peristiwa-peristiwa seperti ini.
Pertama, solidaritas suporter Indonesia akan terus melakukan berbagai protes dan tuntutan agar PSSI dan semua pihak yang terlibat mau berkomitmen bertanggung jawab dalam tragedi ini. PSSI dan semua pihak yang terlibat tidak bisa lagi mengelak dari temuan-temuan dari tim investigasi baik yang datang dari pemerintah seperti Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), tim dari Komnas HAM, dan investigasi dari beberapa media termasuk media luar negeri dan narasi.
Solidaritas suporter Indonesia menunjukkan dengan jelas dengan adanya protes hingga kini dan tidak hanya terbatas di Malang tetapi di luar Malang, di berbagai kota Indonesia, bahkan di dalam laga-laga pertandingan penting seperti saat Indonesia berlaga di pertandingan AFF tahun ini. Tuntutan mereka jelas. Dan apabila jajaran PSSI mau mendengarkan tuntutan itu, bukan hanya itu akan menunjukkan sikap ‘gentle’ mereka sebagai pertanggung jawaban moral sebagaimana rekomendasi TGIPF, tapi juga akan ‘memudahkan’ langkah berikutnya untuk transformasi sepak bola Indonesia.
Kedua, suporter sepak bola, terutama di Malang, tidak akan berhenti untuk mengingatkan tragedi ini melalui berbagai aksi yang dilakukan tiap pekan. Didorong oleh rasa persaudaraan mereka, trauma atas peristiwa, dan kesedihan karena sahabat, rekan sesama suporter, dan keluarga mereka menjadi korban dari tragedi itu. Aksi-aksi mereka akan mengekalkan ingatan akan peristiwa kelam ini yang akan dicatat oleh sejarah bahwa pada 1 Oktober 2022, sepak bola mencatatkan sejarah, bukan sebuah prestasi, melainkan sebuah tragedi.
Aksi Diam dan Tabur Bunga
Pintu nomor 13 akan menjadi saksi bisu peristiwa kelam dalam sepak bola Indonesia. Orang-orang yang datang untuk melakukan aksi diam dan tabur bunga di sana adalah wujud nyata solidaritas atas korban, do’a atas mereka, dan protes atas sepak bola kita. Aksi diam dan pintu nomor 13 itu menyimpan suatu makna simbolik: dalam dunia itu, terdapat protes dan harapan untuk pembenahan sepak bola masa depan. Seharusnya para jajaran PSSI hari ini tak perlu ‘duduk’ lama di jabatan mereka. Sensitivitas rasa kemanusiaan mereka hendaknya mengguncangkan dirinya hingga tak perlu ‘orang lain’ yang meminta untuk mundur.
Apalagi pemerintah dan FIFA sudah ‘turun tangan’ untuk mendukung perbaikan sepak bola ke depan. Publik sudah mendukung untuk perlunya revolusi total PSSI. Tak ada jalan lain selain mengundurkan diri dan biarkan hukum bertindak untuk masalah ini dan untuk kemajuan sepak bola kita. Aksi Diam di depan pintu nomor 13 akan terus menjadi suatu kenangan buruk.