JAKARTA – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Barus dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi berkolaborasi dalam membagun pusat riset sejarah dan budaya, khususnya Peradaban Islam Nusantara.
Peresmian kolaborasi riset itu ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara STAIB dan BRIN yang berlangsung di Gedung BRIN, Selasa (3/12).
Penandatangan MoU tersebut disaksikan Katua Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli) Fitri Krisnawati Tandjung dan sejumlah tokoh masyarakat Tapanuli Tengah dan Sibolga seperti Ketua Gabema Sibolga Tapteng Masriadi Pasaribu.
Dalam kesempatan itu, Ketua Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli), Fitri Krisnawati Tandjung, optimistis Barus akan menjadi kawasan pusat riset usai ditekennya MoU antara STAIB dengan BRIN.
“Harapan dengan adanya MoU antara BRIN dengan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Barus ini, adalah untuk menguatkan Kota Barus sebagai pusat riset,” katanya.
Fitri Tandjung lebih lanjut menyampaikan, nota kesepahaman ini untuk menguatkan Kota Barus, Tapanuli Tengah, sebagai pusat riset yang fokus di bidang budaya dan religi.
Pasalnya, Barus yang pada tahun 2017 lalu diresmikan sebagai pintu masuknya Islam di Nusantara oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), memiliki sejarah dan situs-situs yang menunjukkan bahwa Barus memiliki peradaban yang tinggi pada abad ke-7 Masehi.
“Begitu banyak situs-situs bersejarah, seperti Situs Lobu Tua, ada situs di si Jago-Jago yang menunjukkan bagaimana peradaban di area tersebut,” ucapnya.
Selepas penandatangan Tugu Titik 0 Peradaban Islam Nusantara di Barus oleh Presiden RI kala itu, Joko Widodo (Jokowi), lanjut Fitri Tandjung, Dr. Ir. Akbar Tandjung usai menghadiri acara tersebut meminta agar Yayasan Matauli mendirikan institusi pendidikan yang dapat “menguatkan” eksistensi tugu tersebut.
Kemudian Yayasan Matauli mendirikan STAI Barus pada 10 Oktober 2022. Kampus ini mempunyai dua Program Studi (Prodi), yakni Sejarah Peradaban Islam dan Studi Agama-Agama.
“Ini adalah tahun ketiga dengan sejumlah 75 mahasiswa tinggal di asrama, yang keseluruhannya diberikan beasiswa gratis oleh Yayasan Matauli melalui STAI Barus,” katanya.
Fitri Tandjung menyampaikan, pihaknya sudah mengakuisisi beberapa lahan yang lokasinya sekitar 1 kilometer (Km) dari Tugu Titik 0 Peradaban Islam Nusantara. Tanah itu saat ini tengah dibangun Kampus STAI Barus.
Menurutnya, STAI Barus atau Yayasan Matauli mungkin satu-satunya institusi pendidikan di Tapteng yang mendapatkan kesempatan pertama untuk melakukan kolaborasi riset dengan BRIN.
“Kami sudah berpartner dengan BRIN untuk melakukan riset,” ucapnya.
Fitri Tandjung menyampaikan, Yayasan Matauli yang menaungi STAI Barus, mengharapkan ditekennya MoU antara STAI Barus dengan BRIN ini dapat menjadikan Barus sebagai pusat riset peradaban Islam di Nusantara dan pusat riset arkeologi. (*)