Jakarta – Fahri Hamzah pun kini sudah mantap memilih tak masuk partai politik manapun, padahal ada sederet partai politik yang menawarinya. Dia memilih rehat sejenak dari panggung politik.
Rupanya Fahri Hamzah berguru dari Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, sampai akhirnya memutuskan seperti itu.
“Saya mundur bukan karena nggak ada yang mau, partai merah, partai kuning, partai oranye, termasuk partainya Pak Mujahid (Caleg DPR RI Dapil 1 NTB), itu semua meminta saya,” kata Fahri yang juga menyebut bahwa dirinya adalah pemain mahal apabila dibandingkan dengan dunia sepakbola. Maksudnya, di perpolitikan dia amat berharga.
Menurut Fahri Hamzah keputusan mundur dari politik adalah keputusan yang ia ambil secara sadar.
“Umur belum 47 tahun, masih 46 tahun..nanti oktober baru 47. Kalau memakai ilmunya Pak Mahathir Muhammad, beliau baru diangkat jadi perdana menteri pada usia 92 tahun, artinya saya ini masih setengah jalan, masih panjang cerita saya,” kata Fahri Hamzah.
Menurut Fahri, ini adalah saatnya dia melihat segala sesuatunya dari luar. Kemudian Fahri Hamzah pun tercetus membuat diskusi bertajuk ‘Ngopi Bareng Fahri’.
Diskusi itu ternyata banyak diminati. Sampai akhir Juli 2018 ini sudah 27 kota di Indonesia ia datangi untuk acara ‘Ngopi Bareng Fahri’, dan diskusinya selalu di live streaming di akun youtube ‘Fahri Hamzah Official’.
Saat acara ngopi bareng fahri di Bima, Fahri Hamzah mencatat sudah ada 3.330 orang yang mengikuti acaranya, dan sebanyak 1.348 diantaranya terjaring menjadi relawan.
“Ini kalau kita mau bikin partai sudah bisa ini,” kata Fahri Hamzah saat ‘Ngopi Bareng Fahri di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Soal membuat partai ini bukan baru satu atau dua kali Fahri menyinggungnya dalam acara ngopi bareng fahri. Tapi dia berkali-kali nyeletuk membuat partai di berbagai kota saat acara ngopi bareng fahri.
Bahkan Fahri Hamzah mengaku telah mendatangi salah satu tokoh di Dompu yang pernah dikriminalisasi oleh Pemerintahan Orde Baru.
Fahri Hamzah sudah berkunjung ke rumah tokoh itu, dan mendapatkan dorongan bahwa Fahri Hamzah harus selalu optimis dan mengikuti rasa idealismenya.
Akibatnya dorongan membangun partai untuk mempertahankan idealisme pun makin terpupuk.
Berdamai Dengan Haters
Dalam acara ‘Ngopi Bareng Fahri’ ini Fahri Hamzah membolehkan siapapun datang.
Bahkan dia ingin yang datang adalah para hatersnya di media sosial, dan pasti diberi kesempatan bicara oleh Fahri Hamzah.
Di setiap kota yang ia datangi, Fahri Hamzah selalu menyebut kalimat ‘mari kita bertinju kata-kata. Apabila saya salah silahkan berdebat’.
Hasilnya Fahri Hamzah pun berkali-kali didebat oleh para hatersnya, namun semuanya selalu berlangsung damai.
Bahkan beberapa hatersnya pernah menanyakan apakah Fahri Hamzah selalu bicara tanpa data atau memakai data.
Dari pertanyaan itu, Fahri pun mengakui ia tak selalu bicara menggunakan data. Tapi ia menganggap perasaan adalah data.
Fakta Unik
Kemudian banyak pula fakta terungkap soal masa lalu Fahri Hamzah dalam acara ‘Ngopi Bareng Fahri’.
Seperti Fahri Hamzah mengungkap bahwa ia dulu adalah seorang dosen di UI, dan pembimbingnya adalah Sri Mulyani.
Ia menceritakan bahwa Sri Mulyani tak menyukainya karena dia tergolong orang yang tak fokus.
Tapi begitu Fahri Hamzah sukses menjadi politikus, ia pun berbalik meledek Sri Mulyani dengan berujar ‘Kalau saya fokus, saya hanya akan jadi dosen di tempat ibu’.
Fahri berujar begitu ketika Sri Mulyani baru pulang dari Amerika Serikat.
Berikutnya Fahri Hamzah mengungkap juga soal dia yang ternyata tak pernah pulang ke rumahnya di masa kecilnya di NTB.
Sepulang sekolah rupanya Fahri Hamzah selalu lari ke hutan, dan mencari makan disana.
Dia mencari buah-buahan, dan mengambil ikan di sungai lalu membakarnya bersama rekan-rekannya.
Ya, Fahri Hamzah tampaknya sedang membangun citra dirinya, memperbaiki masalahnya dengan para haters, dan setelah itu kemungkina ia akan membuat partai.